Walau
jarak ke smp itu cukup dekat tapi aku juga cukup ngebut untuk sampai di sana.
Niatnya sih aku nggak mau masuk karena adikku mengirimkan pesan lagi akan
menunggu di pintu gerbang. Sesampainnya di sana, tak nampak adikku itu dan
keadaan halaman sekolah cukup sepi.
Akupun
bertanya pada mas-mas penjual bakso di depan sekolah, "Anak-anak udah
istirahat belum ya mas?".
"Udah
mba, tadi udah istirahat. Kenapa emangnya mba? Mau ketemu guru apa mau ngapain?"
balas mas-mas penjual bakso.
"Emm, ini mau
nganterin baju adek yang ketinggalan." jawabku.
"Oh, masuk aja
gapapa mbak. Itu di depan ada satpamnya." jelas si mas-mas penjual bakso
itu.
Awalnya aku tetap
tidak ingin masuk dan akan mengirimkan pesan pada adikku melalui nomer temannya
yang tadi digunakan untuk menghubungiku. Karena aku berpikir pelajaran mungkin
sudah dimulai, aku mengurunkan niatku itu. Oia, di smp adikku itu siswa
sebenarnya dilarang membawa ponsel jadi aku berpikir akan sulit menghubungi
jika dalam kegiatan belajar mengajar.
Bermodal
percakapan dengan mas-mas penjual bakso tadi akupun nekat masuk ke dalam
sekolah. Aku melankah menuju meja satpam, tapi ternyata si pak satpam tak ada
di sana. Sial!, batinku.
Tiba-tiba
muncullah sosok yang tak asing dan menyapaku ramah, "Mbak, ngapain di
sini? Kamu alumni sini kan?".
Sosok itu
adalah guru IPS ku saat aku duduk di bangku kelas 3 smp. Ada rasa senang karena
beliau masih mengingatku padahal sudah lama tidak bertemu.
"Eh
iya Pak. Emm, ini mau nganterin baju olahraga adik." jawabku sedikit
gelagapan. Duh tahu bakal ketemu guru gini tadi mandi dulu, seenggaknya cuci
muka.
"Loh
kelas berapa emangnya? Kan udah olahraga tadi pagi." kata beliau.
"Oia
pak, maksudnya baju gantinya. Baju osis, eh identitas maksudnya." jawabku
lagi.
Grogi
memang waktu diajak ngobrol sama beliau. Udah muka kucel belum mandi, pakai
celana kedodoran, krudung asal-asalan, pakai sandal lagi. Betapa sangat
buruknya rupaku saat itu.
Beliau
kemudian malah membantuku, mengajakku masuk lebih dalam ke sekolah itu,
melewati beberapa guru dan akhirnya menemukan segerombolan anak yang sekelas
dengan adiku. Beliau memerintahkan anak-anak itu untuk memanggil adikku. Adikku
muncul saat mereka hendak pergi.
"Oh,
kamu adiknya to?" tanya beliau pada adikku seakan tak percaya, ya aku dan
adikku memang tidak terlalu mirip.
Setelah
percakapan singkat dan beberapa wejangan yang diberikan beliau padaku dan
adikku, akupun berpamitan. Saat melangkah keluar kembali aku bertemu beberapa
guru dan di antara guru-guru itu ada wali kelas saat aku kelas 7 ada juga guru
seni rupa yang dulu cukup kenal denganku. Aku hanya bisa memberikan senyuman
terbaikku walau aku tidak yakin dengan tampangku saat itu. Rasanya ingin
menyapa sebentar, tapi hanya untuk mendekat dan bersalaman saja rasanya sangat
berat. Mengingat penampilanku yang jauh dari kata baik bahkan terbilang kurang
sopan untuk masuk lingkungan sekolah, akupun hanya bisa memberikan senyuman
mautku itu. Rasanya ingin cepat-cepat keluar dari sekolah itu. Sungguh aku
sangat menyesal datang dengan penampilan yang sangat-sangat ‘sederhana’ itu.
Andai aku datang dengan penampilan yang lebih pantas mungkin aku akan
menghabiskan waktu sedikit lebih lama untuk sekedar ngobrol dan bercerita lebih
banyak. Ah tapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur.
Begitulah ceritaku hari ini. Pesan yang dapat
diambil adalah perhatikan penampilan anda ketika anda hendak bepergian, ke
manapun itu. Sekian dan sampai jumpa!
0 komentar:
Posting Komentar