Sekolah di Smansa
yang katanya sekolah favorit itu (katanya) ada sukanya, ada dukanya juga. sekolah
dengan tarif yang emm... gimana yaa?? mau bilang murah tapi... gimana ya? Ya
gitulah..
Untuk
kalangan kota kecil seperti kebumen, Smansa bisa dibilang cukup bagus. Dihuni
oleh guru dan siswa yang berprestasi *semoga benar*. Bisa jadi anggota keluarga
Smansa adalah kebanggaan tersendiri (bagi yang merasa).
Salah
satu konsekuensi jadi anak Smansa itu harus bisa bagi waktu buat tugas yang
seabrek-abrek, ditambah lagi tugas nonakademik lainnya. Rasanya tiap detik,
tiap menit, tiap jam, tiap hari dikejar-kejar yang namanya TUGAS. hiperbola
nggak sih? Menurutku sih enggak. Lanjut.. Waktu dulu awal kelas X cukup kaget
dengan dunia di Smansa, tapi seiring berjalannya waktu mulai terbiasa walau
kadang juga masih kewalahan. Salah satu harapan terbesar siswa Smansa itu
PULANG GASIK! (yang ngaku warga Smansa, setuju nggak?? Sepertinya jawaban anda
"iya") hehe. Nggak heran sih ya, soalnya jarang banget tuh ada yang
namanya pulang gasik, segasik-gasiknya juga jam setengah 1. Tapi herannya kalo
udah pulang gasik gitu, anak-anaknya nggak pada langsung pulang. Tetep
main-main di sekolah dan pulang sore. Namany juga ABABIL.. ABG labil. Muehehe
Orang luar yang kurang tahu Smansa
biasanya beranggapan Smansa itu sekolahnya anak pinter, sekolahnya orang-orang
berduit, anak-anak smansa yang sok dan apalah anggapan mereka. Tapi
sesungguhnya Smansa layaknya sekolah lain, tempat mencari ilmu, tempat mencari
jati diri, tempat saling berinteraksi dan menjalin hubungan... eits,
jangan mikir yang macem-macem dulu, menjalin hubungan antar warga smansa
maksudnya.
Semoga Smansa selalu bisa
jadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya.
Dan semoga lulusan dari
Smansa bisa jadi orang yang berguna dan bisa meraih
kesuksesan.. amin..
Sekian dari saya, maaf
apabila ada kesalahan. Sampai jumpa di posting berikutnya...
2 komentar:
Za, mewakili perasaanku hahaha
owow.. kita sehati nih.. sehati sebagai anak smansa.. hahaa
Posting Komentar